LAPORAN PRAKTIKUM Hematologi 1
I.
Hari/Tanggal
Praktikum :
Selasa, 05 Maret 2013
II.
Judul
Praktikum : Pengambilan Darah Vena
III.
Tujuan
Praktikum :
Praktikan mampu dan terampil dalam
pengambilan sampeling (darah vena) serta
dapat
melakukan tekhnik-tekhniknya
IV.
Prinsip
Praktikum
Pembendungan
pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah
dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah.
V.
Dasar
Teori
Dalam
kegiatan pengumpulan sampel darah, dikenal istilah “phlebotomy” yang berarti
proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam cara pengambilan darah, yaitu : melalui
tusukkan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan
arteri/nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan oleh karena
itu, istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
VI.
Alat
& Bahan
a) Alat
ü Spuit
ü Kapas
ü Torniquet/Pembendung
vena
ü Sarung
tangan
b) Bahan
ü Alkohol
70%
ü Bulatan
kapas kering
c) Cara
Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk pengambilan darah.
2) Lakukan pendekatan dengan pasien
secara tenang dan ramah. Usahakan pasien senyaman mungkin.
3) Minta pasien untuk meluruskan
tangan/lengannya, pilih tangan yang biasanya paling sering digunakan pasien untuk
melakukan aktivitasnya.
4) Minta pasien mengepalkan tangan
5) Lakukan pencarian vena pada daerah
sekitar lipatan siku. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena,
vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika
vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
6) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil
(pada daerah vena) dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang
sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
7) Pastikan spuit dalam keadaan
baik/lancar dengan menarik-narik penghisap spuit dan longgarkan sedikit dengan
cara menarik penghisap spuit (tarik sedikit saja).
8) Pasang tali pembendung (torniquet)
kira-kira 5-10 cm (3 jari) di atas lipat siku pasien. Pastikan alkohol sudah
kering.
9) Buka penutup spuit, lalu
pijat/longgarkan daerah vena pasien dengan jari telunjuk/ibu jari. Daerah yang
akan ditusuk (vena) harus searah dengan jarum.
10) Tusukan jarum ± 1,25 inci pada
daerah vena pasien dengan posisi 45 o dari lengan pasien.
11) Perhatikan spuit, jika darah sudah
sedikit masuk ke dalamnya berarti daerah vena sudah berhasil tertusuk dan spuit
diturunkan pada posisi 30 o
12) Tarik penghisap spuit perlahan-lahan sampai
pada volume darah yang dibutuhkan.
13) Lepaskan torniquet menggunakan
tangan yang lain, tangan yang satu harus tetap menahan spuit. Minta pasien
untuk membuka kepalan tangannya.
14) Ambil kapas kering, letakkan pada
daerah tusukkan (jangan ditekan), lepaskan perlahan-lahan/tarik perlahan-lahan
spuit dari daerah tusukkan sambil kapas ditutup pada daerah tersebut. Jangan
tutup menggunakan kapas pada saat jarum masih tertusuk pada daerah tusukkan.
15) Tutup kembali spuit, lalu pasangkan
plester pada bekas tusukkan pasien.
VII.
Hasil Pengamatan
Darah terambil dengan volume 3 mL.
VIII. Kesimpulan
Pengambilan darah vena pada
pasien X berhasil dilakukan. Pengambilan darah vena secara manual dengan alat
suntik (syiring) merupakan cara yang lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat pelayanan kesehatan, maka prosedur pengambilan darah vena
harus dilakukan dengan baik dan benar, serta dapat memberikan rasa yang
aman atau tidak menimbulkan kerugian (dampak negatif) bagi pasien dan
diri sendiri.
IX.
Pembahasan
Pengambilan darah vena
(venipuncture), umumnya diambil dari vena median cubital yang
terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada daerah tersebut) maka,
vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Pada bayi biasanya sampling darah vena menggunakan vena jugularis
superficialis atau sinus sagittalisuperior. Pengambilan darah pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan
arteri brachialis dan syaraf median.
Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
1) Pemasangan
torniquet (pembendung vena)
ü Pemasangan
dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan
nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein
total, AST, besi, kolesterol, lipid total).
ü Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat
menyebabkan hematoma.
2)
Penusukan
ü Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan
masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
ü Tusukan
jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan
akibat hematoma.
ü Kulit yang ditusuk
masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh
alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM 2
I.
Hari/Tanggal
Praktikum : Selasa,
19 Maret 2013
II.
Judul
Praktikum : Laju Endap Darah (Metode
Westergreen)
III.
Tujuan
Praktikum :
Untuk mengetahui dan mengukur kecepatan
Mengendapnya eritrosit
dalam satuan mm/jam
IV.
Prinsip
Praktikum :
Darah
yang telah ditambahkan antikoagulan, bila didinginkan pada suhu kamar dalam
waktu tertentu, maka eritrosit akan turun kedasar tabung berdasarkan perbedaan
jenis antara eritrosit dan plasma. Yinggi lpisan plasma sampai tepat diatas
perbatasan eritrosit yang paling padat dilaporkan sebagai laju endap darah
dengan satuan mm/jam.
V.
Dasar
Teori
a. Laju
Endap Darah (LED)
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa
Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)
merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam
tubuh seseorang.
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan
darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.
Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan
mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang
disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap
maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Di
dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus
yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan
mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (
LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam
plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :
1) Fase
pengendapan lambat I
Beberapa
menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit
mengendap ( 1-30 menit )
2) Fase
pengendapan cepat
Terjadi
setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil ,
masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
3) Fase
pengendapan lambat II
Terjadi
setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)
Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah
juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode Westergren) :
Dewasa (Metode Westergren) :
ü Pria
< 50 tahun = kurang dari 15 mm/jam
ü Pria
> 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam
ü Wanita
< 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam
ü Wanita
> 50 tahun = kurang dari 30 mm/jam
Anak-anak (Metode Westergren)
:
ü
Baru
lahir
= 0 – 2 mm/jam
ü
Baru lahir sampai masa puber = 3 – 13
mm/jam
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Laju Endap Darah / LED
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah
faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik.
LED dapat meningkat karena :
LED dapat meningkat karena :
1)
Faktor Eritrosit
ü
Jumlah eritrosit kurang dari normal
ü
Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran
normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux → LED ↑.
2)
Faktor Plasma
ü
Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan
mempercepat pembentukan rouleaux→ LED ↑.
ü
Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) →
biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis
3)
Faktor Teknik Pemeriksaan
ü
Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan
mempercepat pengendapan → LED ↑.
ü
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu
ideal (>20̊ C) akan
mempercepat pengendapan→ LED ↑.
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan
akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju
endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti
tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang
cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED)
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap
Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain
pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai
pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah
bulan ketiga dan pada orang tua.
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam.
LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih
berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ).
Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ),menstruasi,
TBC paru-paru (65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai
dengan kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International
Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren.
Gambar.
Alat pemeriksaan laju endap darah
VI.
Alat
& Bahan
a) Alat
ü Rak
Westergreen
ü Penghisap/Pipa
kapiler
ü Spuit
3 mL
ü Stopwatch
ü Tabung
khan
ü Mat
pipet
b) Bahan
ü Darah
Vena
ü Larutan
Natrium sitrat 3,8 %
( Darah sitrat 4 bagian darah : 1
bagian Na sitrat 3,8 % )
c) Cara
Kerja
1) Untuk melakukan pemeriksaan LED cara
Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1
bagian natriumsitrat 3,2 % )
2) Sampel darah yang telah diencerkan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
3) Diletakkan tabung pada rak dengan
posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
4) Dibiarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa
mm penurunan eritrosit.
VII.
Hasil Pengamatan
ü Gambar Pengamatan
1) Sampel darah : Indri
Yanti
ü Laju
Endap Darah : 9 mm/jam
2) Sampel
darah : Wina N
ü Laju
Endap Darah : 19 mm/jam
3) Sampel
darah : Hyeronima Yani
ü Laju
Endap Darah : 19 mm/jam
4) Sampel
darah : M. Fazry
ü Laju
Endap Darah : 5 mm/jam
5) Sampel
darah : Annas S
ü Laju
Endap Darah : 5 mm/jam
6)
Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan pada sampel darah pasien Indri Yanti didapat
Laju endap darah (LED) sebesra 9 mm/jam.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar