Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

RSS

Laporan Hematologi 1 Darah Vena


LAPORAN PRAKTIKUM Hematologi 1

I.              Hari/Tanggal Praktikum        : Selasa, 05 Maret 2013
II.           Judul Praktikum                     : Pengambilan Darah Vena
III.        Tujuan Praktikum                  : Praktikan mampu dan terampil dalam         
                                                  pengambilan sampeling (darah vena) serta dapat
                                                  melakukan tekhnik-tekhniknya
IV.        Prinsip Praktikum
               Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah.

V.           Dasar Teori

               Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah, dikenal istilah “phlebotomy” yang berarti proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam cara pengambilan darah, yaitu : melalui tusukkan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri/nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan oleh karena itu, istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

VI.        Alat & Bahan
a)      Alat
ü  Spuit
ü  Kapas
ü  Torniquet/Pembendung vena
ü  Sarung tangan

b)      Bahan
ü  Alkohol 70%
ü  Bulatan kapas kering


c)      Cara Kerja
1)      Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pengambilan darah.
2)      Lakukan pendekatan dengan pasien secara tenang dan ramah. Usahakan pasien senyaman mungkin.
3)      Minta pasien untuk meluruskan tangan/lengannya, pilih tangan yang biasanya paling sering digunakan pasien untuk melakukan aktivitasnya.
4)      Minta pasien mengepalkan tangan
5)      Lakukan pencarian vena pada daerah sekitar lipatan siku. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena, vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
6)       Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil (pada daerah vena) dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
7)      Pastikan spuit dalam keadaan baik/lancar dengan menarik-narik penghisap spuit dan longgarkan sedikit dengan cara menarik penghisap spuit (tarik sedikit saja).
8)      Pasang tali pembendung (torniquet) kira-kira 5-10 cm (3 jari) di atas lipat siku pasien. Pastikan alkohol sudah kering.
9)      Buka penutup spuit, lalu pijat/longgarkan daerah vena pasien dengan jari telunjuk/ibu jari. Daerah yang akan ditusuk (vena) harus searah dengan jarum.
10)  Tusukan jarum ± 1,25 inci pada daerah vena pasien dengan posisi 45 o dari lengan pasien.
11)  Perhatikan spuit, jika darah sudah sedikit masuk ke dalamnya berarti daerah vena sudah berhasil tertusuk dan spuit diturunkan pada posisi 30 o
12)   Tarik penghisap spuit perlahan-lahan sampai pada volume darah yang dibutuhkan.
13)  Lepaskan torniquet menggunakan tangan yang lain, tangan yang satu harus tetap menahan spuit. Minta pasien untuk membuka kepalan tangannya.
14)  Ambil kapas kering, letakkan pada daerah tusukkan (jangan ditekan), lepaskan perlahan-lahan/tarik perlahan-lahan spuit dari daerah tusukkan sambil kapas ditutup pada daerah tersebut. Jangan tutup menggunakan kapas pada saat jarum masih tertusuk pada daerah tusukkan.
15)  Tutup kembali spuit, lalu pasangkan plester pada bekas tusukkan pasien.

VII.     Hasil Pengamatan



Darah terambil dengan volume 3 mL.

VIII.  Kesimpulan

               Pengambilan darah vena pada pasien X berhasil dilakukan. Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syiring) merupakan cara yang lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat pelayanan kesehatan, maka prosedur pengambilan darah vena harus dilakukan dengan baik dan benar, serta dapat memberikan rasa yang aman  atau tidak menimbulkan kerugian (dampak negatif) bagi pasien dan diri sendiri.




IX.        Pembahasan
               Pengambilan darah vena (venipuncture), umumnya diambil dari vena median cubital yang terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada daerah tersebut) maka, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Pada bayi biasanya sampling darah vena menggunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalisuperior. Pengambilan darah pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
1)        Pemasangan torniquet (pembendung vena)
ü  Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).
ü   Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
2)      Penusukan
ü   Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
ü  Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
ü  Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.



DAFTAR PUSTAKA




LAPORAN PRAKTIKUM 2
I.          Hari/Tanggal Praktikum      : Selasa, 19 Maret 2013
II.       Judul Praktikum                   : Laju Endap Darah (Metode Westergreen)
III.    Tujuan Praktikum                : Untuk mengetahui dan mengukur kecepatan
                                                         Mengendapnya eritrosit dalam satuan mm/jam
IV.     Prinsip Praktikum                :
                   Darah yang telah ditambahkan antikoagulan, bila didinginkan pada suhu kamar dalam waktu tertentu, maka eritrosit akan turun kedasar tabung berdasarkan perbedaan jenis antara eritrosit dan plasma. Yinggi lpisan plasma sampai tepat diatas perbatasan eritrosit yang paling padat dilaporkan sebagai laju endap darah dengan satuan mm/jam.

V.        Dasar Teori
a.       Laju Endap Darah (LED)
                        Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
                        Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :
1)      Fase pengendapan lambat I
         Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit )
2)      Fase pengendapan cepat
      Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
3)      Fase pengendapan lambat II
                        Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)

Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode Westergren)      :
ü  Pria <  50 tahun      =  kurang dari 15 mm/jam
ü  Pria >  50 tahun      =  kurang dari 20 mm/jam
ü  Wanita < 50 tahun  =  kurang dari 20 mm/jam
ü  Wanita > 50 tahun  =  kurang dari  30 mm/jam
Anak-anak (Metode Westergren)       :
ü  Baru lahir                                 = 0 – 2 mm/jam
ü  Baru lahir sampai masa puber  = 3 – 13 mm/jam
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah / LED
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik.
LED dapat meningkat karena :
1)      Faktor Eritrosit
ü  Jumlah eritrosit kurang dari normal
ü  Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux → LED ↑.


2)      Faktor Plasma
ü  Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux→ LED ↑.
ü  Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis
3)      Faktor Teknik Pemeriksaan
ü  Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan → LED ↑.
ü  Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20̊ C) akan mempercepat pengendapan→ LED ↑.
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ),menstruasi, TBC paru-paru (65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren.




                        Gambar. Alat pemeriksaan laju endap darah
VI.     Alat & Bahan
a)      Alat
ü  Rak Westergreen
ü  Penghisap/Pipa kapiler
ü  Spuit 3 mL
ü  Stopwatch
ü  Tabung khan
ü  Mat pipet

b)      Bahan
ü  Darah Vena
ü  Larutan Natrium sitrat 3,8 %
( Darah sitrat 4 bagian darah            :               1 bagian Na sitrat 3,8 % )

c)      Cara Kerja
1)      Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natriumsitrat 3,2 % )
2)      Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
3)      Diletakkan tabung pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
4)      Dibiarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

VII.      Hasil Pengamatan
ü  Gambar Pengamatan


                                   




1)      Sampel darah                        : Indri Yanti
ü  Laju Endap Darah           : 9 mm/jam
2)      Sampel darah                        : Wina N
ü  Laju Endap Darah           : 19 mm/jam
3)      Sampel darah                        : Hyeronima Yani
ü  Laju Endap Darah           : 19 mm/jam
4)      Sampel darah                        : M. Fazry
ü  Laju Endap Darah           : 5 mm/jam
5)      Sampel darah                        : Annas S
ü  Laju Endap Darah           : 5 mm/jam


6)              Kesimpulan

          Dari praktikum yang telah dilakukan pada sampel darah pasien Indri Yanti didapat Laju endap darah (LED) sebesra 9 mm/jam.


DAFTAR PUSTAKA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 07 Oktober 2013

Laporan Hematologi 1 Darah Vena

Diposting oleh Unknown di 10/07/2013 06:04:00 AM

LAPORAN PRAKTIKUM Hematologi 1

I.              Hari/Tanggal Praktikum        : Selasa, 05 Maret 2013
II.           Judul Praktikum                     : Pengambilan Darah Vena
III.        Tujuan Praktikum                  : Praktikan mampu dan terampil dalam         
                                                  pengambilan sampeling (darah vena) serta dapat
                                                  melakukan tekhnik-tekhniknya
IV.        Prinsip Praktikum
               Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah.

V.           Dasar Teori

               Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah, dikenal istilah “phlebotomy” yang berarti proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam cara pengambilan darah, yaitu : melalui tusukkan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri/nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan oleh karena itu, istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

VI.        Alat & Bahan
a)      Alat
ü  Spuit
ü  Kapas
ü  Torniquet/Pembendung vena
ü  Sarung tangan

b)      Bahan
ü  Alkohol 70%
ü  Bulatan kapas kering


c)      Cara Kerja
1)      Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pengambilan darah.
2)      Lakukan pendekatan dengan pasien secara tenang dan ramah. Usahakan pasien senyaman mungkin.
3)      Minta pasien untuk meluruskan tangan/lengannya, pilih tangan yang biasanya paling sering digunakan pasien untuk melakukan aktivitasnya.
4)      Minta pasien mengepalkan tangan
5)      Lakukan pencarian vena pada daerah sekitar lipatan siku. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena, vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
6)       Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil (pada daerah vena) dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
7)      Pastikan spuit dalam keadaan baik/lancar dengan menarik-narik penghisap spuit dan longgarkan sedikit dengan cara menarik penghisap spuit (tarik sedikit saja).
8)      Pasang tali pembendung (torniquet) kira-kira 5-10 cm (3 jari) di atas lipat siku pasien. Pastikan alkohol sudah kering.
9)      Buka penutup spuit, lalu pijat/longgarkan daerah vena pasien dengan jari telunjuk/ibu jari. Daerah yang akan ditusuk (vena) harus searah dengan jarum.
10)  Tusukan jarum ± 1,25 inci pada daerah vena pasien dengan posisi 45 o dari lengan pasien.
11)  Perhatikan spuit, jika darah sudah sedikit masuk ke dalamnya berarti daerah vena sudah berhasil tertusuk dan spuit diturunkan pada posisi 30 o
12)   Tarik penghisap spuit perlahan-lahan sampai pada volume darah yang dibutuhkan.
13)  Lepaskan torniquet menggunakan tangan yang lain, tangan yang satu harus tetap menahan spuit. Minta pasien untuk membuka kepalan tangannya.
14)  Ambil kapas kering, letakkan pada daerah tusukkan (jangan ditekan), lepaskan perlahan-lahan/tarik perlahan-lahan spuit dari daerah tusukkan sambil kapas ditutup pada daerah tersebut. Jangan tutup menggunakan kapas pada saat jarum masih tertusuk pada daerah tusukkan.
15)  Tutup kembali spuit, lalu pasangkan plester pada bekas tusukkan pasien.

VII.     Hasil Pengamatan



Darah terambil dengan volume 3 mL.

VIII.  Kesimpulan

               Pengambilan darah vena pada pasien X berhasil dilakukan. Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syiring) merupakan cara yang lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat pelayanan kesehatan, maka prosedur pengambilan darah vena harus dilakukan dengan baik dan benar, serta dapat memberikan rasa yang aman  atau tidak menimbulkan kerugian (dampak negatif) bagi pasien dan diri sendiri.




IX.        Pembahasan
               Pengambilan darah vena (venipuncture), umumnya diambil dari vena median cubital yang terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada daerah tersebut) maka, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Pada bayi biasanya sampling darah vena menggunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalisuperior. Pengambilan darah pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
1)        Pemasangan torniquet (pembendung vena)
ü  Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).
ü   Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
2)      Penusukan
ü   Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
ü  Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
ü  Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.



DAFTAR PUSTAKA




LAPORAN PRAKTIKUM 2
I.          Hari/Tanggal Praktikum      : Selasa, 19 Maret 2013
II.       Judul Praktikum                   : Laju Endap Darah (Metode Westergreen)
III.    Tujuan Praktikum                : Untuk mengetahui dan mengukur kecepatan
                                                         Mengendapnya eritrosit dalam satuan mm/jam
IV.     Prinsip Praktikum                :
                   Darah yang telah ditambahkan antikoagulan, bila didinginkan pada suhu kamar dalam waktu tertentu, maka eritrosit akan turun kedasar tabung berdasarkan perbedaan jenis antara eritrosit dan plasma. Yinggi lpisan plasma sampai tepat diatas perbatasan eritrosit yang paling padat dilaporkan sebagai laju endap darah dengan satuan mm/jam.

V.        Dasar Teori
a.       Laju Endap Darah (LED)
                        Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
                        Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :
1)      Fase pengendapan lambat I
         Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit )
2)      Fase pengendapan cepat
      Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
3)      Fase pengendapan lambat II
                        Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)

Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode Westergren)      :
ü  Pria <  50 tahun      =  kurang dari 15 mm/jam
ü  Pria >  50 tahun      =  kurang dari 20 mm/jam
ü  Wanita < 50 tahun  =  kurang dari 20 mm/jam
ü  Wanita > 50 tahun  =  kurang dari  30 mm/jam
Anak-anak (Metode Westergren)       :
ü  Baru lahir                                 = 0 – 2 mm/jam
ü  Baru lahir sampai masa puber  = 3 – 13 mm/jam
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah / LED
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik.
LED dapat meningkat karena :
1)      Faktor Eritrosit
ü  Jumlah eritrosit kurang dari normal
ü  Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux → LED ↑.


2)      Faktor Plasma
ü  Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux→ LED ↑.
ü  Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis
3)      Faktor Teknik Pemeriksaan
ü  Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan → LED ↑.
ü  Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20̊ C) akan mempercepat pengendapan→ LED ↑.
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ),menstruasi, TBC paru-paru (65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah cara westergren.




                        Gambar. Alat pemeriksaan laju endap darah
VI.     Alat & Bahan
a)      Alat
ü  Rak Westergreen
ü  Penghisap/Pipa kapiler
ü  Spuit 3 mL
ü  Stopwatch
ü  Tabung khan
ü  Mat pipet

b)      Bahan
ü  Darah Vena
ü  Larutan Natrium sitrat 3,8 %
( Darah sitrat 4 bagian darah            :               1 bagian Na sitrat 3,8 % )

c)      Cara Kerja
1)      Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natriumsitrat 3,2 % )
2)      Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
3)      Diletakkan tabung pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
4)      Dibiarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

VII.      Hasil Pengamatan
ü  Gambar Pengamatan


                                   




1)      Sampel darah                        : Indri Yanti
ü  Laju Endap Darah           : 9 mm/jam
2)      Sampel darah                        : Wina N
ü  Laju Endap Darah           : 19 mm/jam
3)      Sampel darah                        : Hyeronima Yani
ü  Laju Endap Darah           : 19 mm/jam
4)      Sampel darah                        : M. Fazry
ü  Laju Endap Darah           : 5 mm/jam
5)      Sampel darah                        : Annas S
ü  Laju Endap Darah           : 5 mm/jam


6)              Kesimpulan

          Dari praktikum yang telah dilakukan pada sampel darah pasien Indri Yanti didapat Laju endap darah (LED) sebesra 9 mm/jam.


DAFTAR PUSTAKA

0 komentar on "Laporan Hematologi 1 Darah Vena "

Posting Komentar